OMK Bukber di Pesantren: Perjumpaan Dua Kultur Kemanusiaan

Suhu politik di luar sana mungkin tengah panas menyengat. Indonesia diancam perpecahan. Masing-masing kelompok yang ada seakan-akan hendak memakan kelompok yang lainnya. Itu mungkin kesadaran sebagian orang tentang negeri Bhinneka Tunggal Ika dewasa ini.

Tapi, barangkali, kesan tersebut hanyalah kesan sebagian orang saja. Sebagian yang lain tampaknya menyimpan perspektif yang berbeda dalam memori kolektif mereka. Hal tersebut ditunjukkan dalam peristiwa damai yang berlangsung pada paruh kedua bulan Mei 2019 di satu sudut kota Bogor.

Ya. Pada hari Selasa, 28 Mei 2019, Orang Muda Katolik (OMK) dari Paroki St Ignatius Loyola Semplak mengadakan kunjungan kasih ke Pesantren Ihyah Annadiyah yang terletak di RW 03 Km 26 Jalan Raya Parung. Di sana, sekitar 25 anggota OMK itu melaksanakan beberapa hal yang terasa menyejukkan hati. Yohanes Aditri, Helen, Tiwi, Reksa, Yosef, Yovita, Yola dan Tumpal serta belasan lagi lainnya tampak riang mengisi hari dengan perbuatan yang dilandasi cinta itu.

“Kami berterima kasih kepada Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Nurul Jadid yang telah menyambut kami dengan baik. Sore ini kita membuktikan bahwa kita satu, sama, bertetangga,” cetus Bung Enggar Bawono, Ketua Seksi Kepemudaan Paroki St Iglo, yang sore itu mengambil peran sebagai jembatan penghubung antara pihak OMK dan pihak Pesantren.

Ustadz Zaenal Arifin, Ketua DKM, menanggapi tak kalah hangat, “Terima kasih kita bisa berkumpul dan mengucap syukur bisa bersama di tempat ini. Saya menyambut sebagai Ketua DKM. Saya ucapkan terima kasih atas kesempatan berbuka puasa, sharing dan santunan ini. Dengan duduk bersama, kita membuktikan bahwa kita sama, satu, dalam wadah NKRI. Kita bisa belajar berdemokrasi. Dengan saling membantu, memberi, tidak ada pertikaian, permasalahan.”

Pastor Paroki St Iglo, Romo Antonius Dwi Haryanto, yang sore itu turut mendampingi keberadaan OMK pun mengungkapkan kegembiraannya, “Saya sebagai Romo di St Ignatius bahagia bisa mendampingi orang-orang muda……Saya senang dengan sambutan ini. Semoga kita bisa menjaga terus tali silaturahmi dan menjalin persaudaraan…Kita orang tua bahagia melihat orang-orang muda bisa rukun. Tugas kita sebagai orang tua adalah membimbing agar mereka dapat memiliki ahlak yang baik dan pada akhirnya dapat mencintai agama dan bangsa. Adalah baik jika kita bisa melanjutkan pertemuan dan membangun bangsa…..”

Ketika datang, rombongan OMK disambut dengan musik tetabuhan yang dibawakan oleh Hadroh Al Amanah. Lalu, di sela-sela pertemuan rombongan OMK juga dihibur dengan persembahan satu lagu lainnya oleh kelompok musik tersebut. Menyambut balik keramahan pihak tuan rumah itu vocal group OMK sendiri sempat membawakan 2 buah lagu: “Persahabatan bagai Kepompong” dan “Kau Sahabatku”.

Pertemuan sore itu diisi juga dengan acara “sharing” dan pemberian testimoni mengenai keberadaan diri dari kedua kelompok orang muda tersebut. Dalam kesempatan ini tampak adanya kegugupan pada diri masing-masing wakil yang tampil bicara. Penuturan diri disampaikan dengan terbata-bata. Tampaknya, kedua wakil orang muda tersebut masih perlu latihan dan “jam terbang” lebih banyak lagi untuk bisa bicara dengan baik dalam forum-forum yang terbilang “resmi”. Meski demikian, semua itu tak menghilangkan kesan serta pesan keseluruhan bahwa mereka masing-masing mau membuka diri, saling menerima dan hendak saling memahami satu dengan yang lainnya.

Penilaian lain yang mungkin bisa dipetik dari pertemuan tersebut mungkin adalah bahwa di sana kita bisa melihat perjumpaan antara dua kultur yang berbeda dari dua kelompok orang muda dari dua agama yang berbeda. Pihak pesantren mempertunjukkan iklim yang diwarnai “keteraturan”, “disiplin” dan “penataan gender yang cenderung hierarkis”. Sementara pihak OMK mempertunjukkan iklim yang diwarnai oleh “spontanitas”, “kebebasan” dan “kesetaraan dalam hal gender”.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, cetusan Bung Enggar pada bagian lain sesi-sesi kunjungan kali itu, barangkali bisa sedikit menjelaskan maksud diadakannya pertemuan dua kelompok orang muda itu. “Saya sebagai Pembina Orang Muda Katolik, Ketua Seksi Kepemudaan, hendak memberitahukan bahwa kita sesungguhnya tidak hidup sendiri. Kita punya teman-teman, saudara, di luar sana. Kendati memang kita ditandai dengan perbedaan-perbedaan tertentu tetapi kita sebenarnya diikat oleh berbagai kesamaan. Kulitnya sama, makannya sama, dan menghirup udara yang sama. Itu ide awalnya. Kita hendak mengajak teman-teman OMK untuk mau membuka diri dan saling mengenal dengan teman-teman, saudara-saudara, mereka yang berada di tempat lain.” Demikian diungkapkan Bung Enggar.

Kunjungan kasih itu memang tak lepas dari Pendidikan untuk Dialog Antar Umat Beragama yang digelorakan oleh BASOLIA (Badan Sosial Lintas Agama) dimana Bapak Dominick M Tuba hadir sebagai Sekretaris Jenderal untuk kepengurusan BASOLIA Kabupaten Bogor. Dalam kepengurusan Paroki St Iglo sendiri Bapak Dominick M Tuba berperan sebagai Ketua Seksi Kerawam dan HAK. Kunjungan kasih tersebut menjadi mungkin karena persahatan Bapak Dominick M Tuba dengan Ustadz Achmad Suhadi, pemimpin Pesantren Ihyah Annadiyah, yang sekaligus adalah Ketua BASOLIA Kabupaten Bogor.

Dalam bagian dari kunjungan kasih tersebut OMK St Iglo sempat juga memberikan santunan kepada dua kelompok warga dalam Pesantren Ihyah Annadiyah. Mereka adalah ibu-ibu yang telah “ditinggal” suami mereka dan anak-anak yang telah “ditinggal” ayah mereka.

Sebelum berbuka puasa bersama, acara dipungkasi dengan tausiah dari Ustadz Achmad Suadi. Dalam tausiahnya itu Ustadz Achmad Suhadi antara lain mengungkapkan bahwa tujuan agama adalah memperbaiki karakter, menyempurnakan ahlak. Memanusiakan manusia. Ia bersyukur dan berterima kasih bahwa OMK dan pihak Pesantren dapat berkumpul bersama. “Kalau kita berkumpul begini, kita tidak lagi menjalin persaudaraan agama melainkan persaudaraan umat manusia,” demikian disampaikannya. Menurutnya pula, upaya menjalin kerukunan antar umat beragama telah dicontohkan oleh Nabi (Muhammad) sendiri semasa hidupnya. Selanjutnya ia juga menegaskan, “Para ulama sebelum kita juga telah melakukannya. Mengapa kita sekarang tidak mencontoh dan melanjutkan upaya-upaya yang baik semacam itu…”

Tausiah Ustadz Suhadi berakhir bersamaan dengan dikumandangkannya bedug Maghrib, yang sekaligus merupakan tanda saat nya berbuka puasa. Seluruh peserta dialog pun lantas menyantap hidangan yang telah disiapkan panitia. Berbuka puasa bersama.

Selepas berbuka, kegiatan masih dilanjutkan dengan ngobrol-ngobrol santai di antara tuan rumah dan peserta kunjungan. Selain itu sebagian rombongan, dipimpin oleh Romo Anton, menyempatkan diri untuk berkunjung ke sudut lain dari Masjid Jami Nurul Jadid (“Nurul” berarti “Cahaya”, sementara “Jadid” mengandung arti “Pembaharuan”), yang menaungi Pesantren tersebut, yakni sebuah “Rumah Singgah” yang dikelola oleh Ustadz Achmat Suhadi, yang terletak di tepi Danau Jampang.

Sekitar pukul 19.00 WIB, rombongan OMK berpamitan kepada tuan rumah dan kembali ke base camp mereka: Gereja Santo Ignatius Loyola Semplak. Jauh di dasar hati mereka membawa serta niat baik untuk terus menjaga tali silaturahmi yang telah terjalin dan melanjutkan pada lain kesempatan dengan berbagai kegiatan lain yang “menghidupkan”.

Damai di bumi, damai di hati, bagi mereka yang berkenan kepada-Nya. Shalom! (*/dari berbagai sumber/dack)

 

 3,068 total views,  3 views today