“Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: ‘Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Sebab hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian. Perhatikanlah burung-burung gagak yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mempunyai gudang atau lumbung, namun demikian diberi makan oleh Allah. Betapa jauhnya kamu melebihi burung-burung itu! Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta pada jalan hidupnya? Jadi, jikalau kamu tidak sanggup membuat barang yang paling kecil, mengapa kamu kuatir akan hal-hal lain? Perhatikanlah bunga bakung, yang tidak memintal dan tidak menenun, namun Aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala kemegahannya pun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu. Jadi, jika rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api demikian didandani Allah, terlebih lagi kamu, hai orang yang kurang percaya! Jadi, janganlah kamu mempersoalkan apa yang akan kamu makan atau apa yang akan kamu minum dan janganlah cemas hatimu. Semua itu dicari bangsa-bangsa di dunia yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu tahu, bahwa kamu memang memerlukan semuanya itu. Tetapi carilah Kerajaan-Nya, maka semuanya itu akan ditambahkan juga kepadamu.

 

Janganlah takut, hai kamu kawanan kecil! Karena Bapamu telah berkenan memberikan kamu Kerajaan itu.

 

Juallah segala milikmu dan berikanlah sedekah! Buatlah bagimu pundi-pundi yang tidak dapat menjadi tua, suatu harta di sorga yang tidak akan habis, yang tidak dapat didekati pencuri dan yang tidak dirusakkan ngengat. Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada.’”

 

(Lukas 12: 22-33)

 

***

 

Rintangan pertama yang harus dilompati adalah kesibukan. Begitu banyak orang sekarang ini seperti para eksekutif, politikus, imam, ibu rumah tangga, mahasiswa, dan juga aktivis mengeluh bahwa mereka bekerja terlalu berat. Kita senang untuk berpikir bahwa tidak ada suatu yang bisa kita lakukan untuk menangkalnya karena memang ada begitu banyak hal untuk dilakukan. Kecuali para pekerja upahan yang memiliki sedikit sekali (atau malah sama sekali tidak memiliki) kontrol atas jam kerja mereka, tidaklah benar mengatakan bahwa kita tidak dapat melakukan apa pun atas kesibukan kita.

 

Kesibukan, baik untuk menghasilkan uang atau untuk mengubah dunia atau hanya untuk sekedar melakukan apa yang juga dilakukan oleh orang lain, telah menjadi sebuah obsesi. Kita telah dikendalikan. Kita merasa wajib bekerja keras. “Waktu adalah uang. Jangan menyia-nyiakan waktu.” Begitu banyak para pensiunan yang akan memberi tahu Anda bahwa mereka sekarang ini lebih sibuk daripada dahulu. Kita ingin orang berpikir bahwa kita sibuk, bahkan juga ketika kita sebenarnya tidak sibuk. Jika senyatanya kita tidak sedang bekerja keras dan sibuk, kita mulai merasa bersalah.

 

Mengapa muncul obsesi akan kerja dan kesibukan ini? Apakah karena hidup kita hampa dan kita butuh untuk mengisinya dengan kesibukan? Apakah kita hanya mengikuti orang-orang dan melakukan apa yang juga dilakukan oleh setiap orang yang lain? Atau percayakah kita bahwa kerja keras aktivisme tanpa lelah merupakan hal yang dibutuhkan untuk menyelamatkan dunia?

 

Sebenarnya, kesibukan merupakan gangguan yang paling besar. Kesibukan itu menjauhkan kita dari kesadaran diri dan dari kesadaran akan dunia yang sejati. Kesibukan itu menjauhkan kita dari kesadaran akan Allah. Kesibukan membuat kita terdampar di dunia jungkir balik yang justru diperjuangkan untuk diatur kembali oleh Yesus. Kesibukan yang terus-menerus adalah seperti berjalan sambil tidur. Tidak peduli betapa baiknya maksud-maksud kita atau betapa altruis pekerjaan kita, kesibukan yang tidak berkesudahan dapat membuat kita seperti Don Quixote: melawan kincir angin alih-alih melawan bahaya dan ancaman.

 

Berjalan dengan lebih sadar dan menghadapi kenyataan-kenyataan hidup membutuhkan keheningan dan kesendirian sebagaimana hal-hal itu juga dibutuhkan oleh Yesus.

 

———

 

Jika kita ingin mengikuti Yesus, kita butuh mengikuti Dia pertama-tama dan terutama untuk pergi ke padang gurun. Tidak ada jalan yang bisa Anda atau saya masuki menuju semangat Jalan Yesus tanpa menciptakan ruang di dalam hidup kita untuk keheningan dan kesendirian.

 

(Albert Nolan, OP)

 

***

 

RISALAH SINGKAT TENTANG SENJA

oleh: Michael Dhadack Pambrastho

 

gerimis mengurai senja jadi rintik-rintik rindu. bayangmu kukenang seperti rusa haus mendamba sungai yang mengalir jernih. betapa kuingini lembut sapamu demi hari-hari yang kian mengeras. di sudut-sudut tersembunyi tercium bau mesiu yang siap meledak. cuaca gelisah. tapi cintamu meneduhkan hati yang nelangsa.

 

malam ini mungkin akan panjang. barisan pencoleng mengintai siap menerkam. manusia-manusia berhati batu berubah jadi hewan-hewan yang tamak. merangsek berderap mendesakkan amis darah. logika adab yang ramah surut ke belakang. tinggal menjulang berahi kuasa yang kotor.

 

gerimis mengurai senja jadi rintik-rintik rindu. bayangmu kukenang seperti rusa haus mendamba sungai yang mengalir jernih. langit mungkin semakin bermendung. tapi jiwaku tentram karena kutahu kau tak akan pernah meninggalkanku.

 

(November 2022)

 

 

 

LAGU SUNYI KENANGAN BISU

oleh: Michael Dhadack Pambrastho

 

masa silam itu, Adik, kadang bisa terasa seperti malam: pulau rahasia yang tak kunjung bisa kupahami geografinya. lekak liku jalan berbelit tanpa nama, lembah-lembah misterius yang menyimpan pesona tapi sekaligus juga mengundang tanya, belantara-belantara pekat yang tak terjelajahi, satwa serta tetumbuhan asing yang ajaib di dalamnya adalah kubangan-kubangan lumpur hisap yang kerap membetotku tenggelam masuk ke dalam momen-momen ketermanguan yang pedih. gugus-gugus luka yang sebenarnya tak pernah ingin saling kita torehkan, bias percakapan-percakapan sunyi yang melahirkan nyeri di jiwa, peristiwa-peristiwa berbisa yang tak pernah kita mengerti mengapa mesti terjadi. semuanya pada akhirnya hanya hitam dan tak tergapai oleh pikiranku yang terbatas.

 

masa silam itu, Adik, kadang bisa terasa seperti malam. malam bisa menjadi saat teduh yang menenangkan tapi sekaligus juga bisa menjadi momen pergumulan yang paling berbahaya. malam, bisa jadi, adalah saat setiap pengembara rebah menyimpan ingatan, yang indah pun yang menyakitkan, dalam lelap istirah. di sini, permaafan dan penerimaan mungkin menjadi warna yang dominan memulas suasana. tapi malam bisa juga adalah saat ketika hantu-hantu kepahitan bangkit berkeliaran menebar racun amarah dan kebencian dalam diri setiap jiwa yang gelisah. di sana, ghirah pemberontakan bisa muncul mencapai titik kulminasi yang paling mencekam. api yang sanggup menghanguskan segala adalah satu-satunya janji yang bisa ditawarkannya.

 

masa silam akan hadir sebagai roti yang mengenyangkan dan menyehatkan jika ia berisi penerimaan dan cinta. tapi, masa silam menjadi bisa yang panas dan menyengat serta hanya akan mengacaukan kesehatan perjalanan rohani jika ia melulu berisi luka yang tak terobati. delusi dan penyimpangan perilaku yang ganjil niscaya terus-menerus menyertai kekinian jika kita abai tak hendak membasuh dan merawat getir bernanah yang bersembunyi tersimpan di relung-relung batin yang terdalam. tak akan ada masa depan yang cemerlang dan memberi harapan jika kita hanya pintar menelantarkan masa silam yang sakit.

 

di rimba kenangan, senyummu adalah matahari. sekerat roti padat bagi jiwaku yang gemetar lapar. seteguk kopi hangat bagi jiwaku yang gigil.

 

(November 2022)

 

 

 

SAJAK SAAT BENGONG

      oleh: Michael Dhadack Pambrastho

 

siang bolong

anjing nggonggong

tak putus pula melolong

aku bengong

ngungun melompong

kau tak datang

bagiku tak ada kembang

aku pun bimbang

hanya bisa menyimpang

mencari tembang

lalu sendiri berdendang

 

ini dunia

begini gila

berputar begitu rupa

hingga ku tak sanggup menggapainya

sekuat apa pun mengejarnya

 

dalam mimpi

kulihat kau menari

mewarnai bumi

dengan cahaya sejati

begitu menawan hati

kau begitu kuingini

tapi siapakah aku ini

padaku tak ada money

pula kehabisan aji-aji

hanya punya seratus puisi

dan sejuta janji

 

apa yang salah

dalam aku punya polah

setelah menyeka pesing peluh

dari ribu kilometer yang kutempuh

yang tersisa hanya keluh

karena segala daya lumpuh

 

mungkin karena kurang senyummu

pada segala kerjaku yang dulu

maka kini kuperlu pelukmu

dan orientasi serba baru

sebagai arah benar untuk dituju

karena nyatanya hanya kau

yang mengenal baik diriku

dan hanya kau

yang berharga untuk diburu

 

(November 2022)

 

 1,701 total views,  3 views today