Kedatangan Relikui Santo Ignatius Loyola di Semplak

Relikui Santo Ignatius Loyola di Paroki Semplak. Sumber: Leonardus Nugraha (IG: @leonnugraha)

Relikui diambil dari bahasa Latin “reliquiae” yang berarti peninggalan. Jadi, relikui adalah benda-benda peninggalan dari orang yang dianggap kudus. Sejak pembaptisan tubuh kita menjadi Bait Allah, yang berarti tempat dimana Allah berdiam (bdk. 1 Korintus 3:16). Dalam diri orang-orang kudus yang hidupnya benar-benar bertumbuh dalam Kristus dan menerapkan kekudusan, Tuhan berdiam secara khusus dalam diri para kekasih Allah ini.
Dalam alkitab akan ditemukan penghormatan terhadap relikui dalam perjanjian lama dan juga perjanjian baru.

Perjanjian Lama
• Musa membawa tulang-tulang Yusuf sebagai pemenuhan akan permintaan Yusuf (Keluaran 13:19; Yosua 24:32)
• Jasad yang terkena tulang-tulang dari Elisa, dapat hidup kembali (2 Raja-Raja 13:20-21)

• Elisa membawa jubah Elia dan memukulkannya di sungai Yordan, sehingga air terbelah dan Elisa dapat menyeberangi sungai Yordan (2 Raja-Raja 2:9-14)

Perjanjian Baru
• Sapu tangan yang pernah dipakai oleh Paulus dapat menyembuhkan penyakit-penyakit.
(Kisah Para Rasul 19:1-12)
• Orang-orang yang membawa orang-orang sakit, bahkan minimal mereka dapat terkena bayangan dari Rasul Petrus, dan ajaibnya Tuhan berkenan menyembuhkan. (Kisah Para Rasul 5:15)

Mengapa Gereja Menghormati Relikui?
Selama hidupnya, para kudus berjuang mengasihi Tuhan hingga akhirnya bersatu dengan Tuhan di Surga. Kita diajak untuk meneladan kehidupan mereka yang kudus dan menghormati jiwa mereka yang sudah mulia di Surga. Maka, tidak bertentangan jika kita turut menghormati tubuh mereka yang masih ada di dunia ini, sebab nantinya tubuh ini akan disatukan kembali dengan jiwa mereka dan akan dimuliakan dalam kebangkitan orang mati di akhir zaman.
Perlu kita ingat bahwa penghormatan pada relikui bukan berarti kita menyambah berhala dan menduakan Tuhan. Justru dengan kehadiran relikui, kita diingatkan bahwa teladan kesucian para kudus itu bisa kita ikuti, karena melalui relikui kita diingatkan bahwa para kudus adalah manusia biasa seperti kita. Kekudusan mereka bukan merupakan pencapaian manusiawi belaka, melainkan bentuk kerjasama dengan rahmat Allah yang memampukan mereka hidup suci. Dengan pengertian ini, penghormatan kita pada relikui akan meghantar kita pada pengahayatan misteri Allah yang lebih mendalam. Tidak ada proses khusus dalam proses autentifikasi tubuh orang kudus menjadi sebuah relikui. Semua peninggalan dari seseorang yang dibeatifikasi santo dan santa langsung menjadi sebuah relikui/peninggalan.

Jenis Relikui Santo Ignatius Loyola Yang Paling Umum dan Bersejarah
1. Sertifikat Relik Kuno St. Ignatius dari Loyola Cum Romanae Curiae (1556 M). Santo Ignatius dari Loyola: Sang Prajurit Kristus” merupakan salah satu bagian unik dari koleksi besar benda-benda dan relik keagamaan dan dikategorikan sangat langka.
2. Relik Vatikan tahun 1700-an relik kelas satu St. Ignatius dari Loyola COA relik resmi Vatikan asli kelas satu. Relikui menakjubkan yang diukir tangan pada tahun 1700-an. Relikui tersebut adalah rambut Ignatius dari Loyola, pendiri Jesuit, yang ditutupi oleh kaca kuno dan dengan segel lilin asli yang menjamin integritas relik tersebut. Di dalam relikui terdapat hiasan perak dan kertas yang ditulis tangan dalam bahasa Latin. Barang langka dan unik yang hanya tersedia di Vatikan, dijamin seumur hidup, dengan sertifikat keaslian yang ditandatangani oleh Mgr. Francesco Marinelli, Uskup Porphyreon, Apostolik Prefek dan asisten Takhta Kepausan di Vatikan. Relikui itu menunjukkan usianya, tetapi relik itu masih sempurna. Relikui itu akan dikirim dalam kantong kulit Vatikan dengan lambang Takhta Suci yang timbul dalam warna emas.

Praktik Devosi kepada St. Ignatius dari Loyola
• Doa harian yang menunjukkan kepemilikan sikap hati sebagai peziarah sejati
• Doa kerendahan hati
• Doa untuk mengucapkan kata-kata “Terimalah, Tuhan, terimalah” dengan ketulusan hati.
• Mengunjungi Gua Maria: St. Ignatius Loyola memiliki devosi yang sangat kuat kepada Bunda Maria.
• Melakukan Examen Conscientiae (pemeriksaan batin) dan Latihan Rohani

Kapan dan di mana relikui Santo Ignatius Loyola pertama kali ditemukan atau disimpan?
Ada tiga jenis relikui, yaitu:
1. Kelas satu: Relikui kelas pertama adalah bagian-bagian tubuh dari orang-orang kudus, misalnya tulang, rambut dan darah. Benda-benda yang berkaitan dengan kehidupan Kristus dan Bunda Maria biasanya juga dimasukan dalam kelas ini.
2. Kelas dua: Relikui kelas kedua adalah benda-benda yang berkaitan dengan orang-orang kudus selama mereka masih hidup di dunia, misalnya pakaian dan benda-benda rohani.
3. Kelas tiga: Relikui kelas tiga adalah benda-benda yang disentuhkan atau diberkati dengan relikui kelas pertama atau benda-benda rohani yang disentuhkan di makam orang-orang kudus. Biasanya benda-benda yang disentuhkan adalah salib, rosario, kain skapulir, dan objek religius lainnya.

Dalam aturan Serikat Jesus, setiap Jesuit yang meninggal, barang-barang yang ada dikamarnya disimpan dan diabadikan di rumah provinsialat. Jadi, setelah St. Ignatius meninggal, barang-barangnya tersimpan dengan baik dan rapi.

Legenda Relikui Santo Ignatius Loyola
Santo Ignatius dari Loyola (1491-1556), dilukis oleh seniman Flemish Peter Paul Rubens (1577–1640), digambarkan sedang berdiri dengan kedua lengan terentang dan mengenakan pakaian emas berkilau yang dikenal sebagai kasula. Lingkaran cahaya keemasan yang samar-samar melingkari kepalanya sementara, tepat di atasnya, seorang kerub kecil dengan rambut ikal keemasan (putto, dalam bahasa Italia) memandangnya dari atas – dengan demikian menghubungkan Ignatius dengan alam surgawi. Ada tiga mukjizat yang digambarkan di sini. Di sisi kiri, seorang wanita yang kerasukan dengan kasar mendongakkan kepalanya ke belakang, menarik rambutnya yang panjang dan terurai saat ia dipegang oleh pria- pria yang membelakangi. Kakinya yang telanjang dan kotor berada paling dekat dengan mereka, sebuah pengingat yang jelas tentang alam duniawi yang sama yang kontras dengan sedikit cahaya surgawi di bagian atas lukisan. Mukjizat kedua, di sebelah kanan, melibatkan wanita tukang cuci tua yang lengannya yang layu telah dipulihkan setelah ia mencuci linen milik Ignatius Loyola itu. Ia mengangkat kain itu sebagai tanda wasiat dan rasa terima kasih. Ketiga, dalam figur wanita, anak-anak, dan bayi, terdapat referensi terhadap peran Ignatius Loyola itu sebagai perantara dalam kelahiran yang sulit, dan di latar depan di sebelah kanan Rubens menggambarkan seorang ibu muda yang tampak takjub dengan kehidupan bayinya yang terbaring di tanah di hadapannya. Semua orang diperlihatkan menerima kekuatan penyembuhan yang terpancar dari tangan orang suci itu, sementara mereka yang berkumpul memohon dengan tangan terkatup agar ia menjadi perantara dengan berbagai permohonan mereka. Sekelompok figur berpakaian gelap, berdiri di belakang Santo Ignatius di altar batu, tampak sebagai pejabat gereja yang menjadi saksi atas prosesi tersebut.

Pandangan Gereja Katolik dan Dasar Pengajaran Alkitab Mengenai Relikui
Penghormatan terhadap relikui bukanlah sebuah cerita karangan Gereja Katolik semata. Apa yang diajarkan dalam gereja katolik memiliki dasar teologis yang jelas, demikian pula dengan penggunaan serta penghormatan terhadap relikui.
Kisah-kisah alkitab mengenai relikui mengingatkan kita bahwa kesembuhan dan mukjizat yang terjadi melalui relikui para kudus bukan disebabkan oleh kuasa relikui tersebut. Mukjizat yang terjadi adalah sebab kuasa dari Allah semata. Gereja Katolik tidak pernah mengkutuskan ataupun menyembah relikui para kudus. Apa yang gereja yakini ialah Alalh dapat bekerja dan mengerjakan mujizat dengan cara apapun termasuk di dalamnya relikui para kudus.

Dampak Bagi Umat Tentang Relikui
Tidak ada spesifik tentang relikui melainkan memang devosi dalam katolik secara umum, yaitu devosi membantu umat menghayati dan menghidupi iman dalam keseharian. Devosi adalah sarana untuk meningkatkan spiritualitas umat telah hidup dan berkembang sejak awal sejarah kekristenan. Devosi berkembang sejalan dengan perkembangan refleksi umat atas imannya akan Allah. Melalui gerakan devosional ini umat beriman berupaya untuk menerjemahkan karunia Allah ke dalam hidupnya sendiri sekaligus mewartakannya. Oleh karena itu, devosi haruslah mengantarkan umat kepada liturgi dimana karunia Allah Tritunggal dihadirkan dalam sakramen-sakramen khususnya sakramen Ekaristi.

Bagaimana kita dapat menghargai dan menghormati relikui Santo Ignatius Loyola tanpa terjebak dalam praktik-praktik yang tidak sehat atau superstisi?
Gereja Katolik mengizinkan penghormatan relikui, tetapi mengingatkan akan bahaya tindakan yang berlebihan. Bentuk utama penghormatan adalah pemasangan relikui martir atau orang kudus lainnya di altar atau di bawah altar di gereja-gereja yang didedikasikan pada martir atau orang kudus tertentu (PUMR 302). Dengan tindakan itu, kita meneguhkan iman kita akan Gereja sebagai persekutuan orang kudus dan bahwa kurban persembahan kurban kita berasal dari kurban Kristus sendiri.

Bersama para orang kudus ini kita adalah Tubuh Mistik Kristus. Bentuk penghormatan lain nampak dalam tindakan seperti mengecup, menghiasi tempat relikui (relikuiari) dengan lampu dan bunga, prosesi dan membawanya kepada orang-orang sakit untuk menghibur dan menguatkan mereka.
Karena ada banyak juga relikui palsu, Gereja juga mewanti-wanti agar jangan gampang terkecoh (Bdk. Direktorium, 237). Relikui yang dihormati haruslah asli. Juga pengepingan yang terlalu kecil harus dihindari, sebab menurut kaidah liturgi, relikui itu harus memiliki ukuran cukup besar, sehingga jelas merupakan bagian tubuh manusia. Kaum beriman tidak dilarang menyimpan relikui, tetapi harus dihindari godaan untuk mengumpulkan, mengoleksinya, karena di sinilah sering kali terjadi penyelewengan dan penyimpangan. Hati-hati dengan penipuan karena praktik komersialisasi. Apalagi dengan praktik jimat yang malahan tidak sesuai dengan jiwa penghormatan yang sejati.

Selamat Datang, Relikui Ignatius, Tuntunlah Aku Kepada Jalan Tuhan
Paroki St. Ignatius Loyola Semplak Keuskupan Bogor mendapati jubah yaitu relikui tingkat B Santo Ignatius, sang pendiri Jesuit, pada hari Sabtu, 25 Januari 2025. Mgr. Paskalis Bruno Syukur, OFM, serta Mgr. Tri Harsono memberkati relikui serta gedung pastoral yang dinamakan Gedung Pastoral St. Petrus milik Paroki Semplak untuk kebutuhan sarana dan prasarana pendukung gereja.

Santo Ignatius Loyola, doakanlah kami . . . . . . .

Narasumber
• Bp. Tonie Prasetyana
• Komunitas Jesuit di Semarang, Indonesia

Penulis:
Gabriel Aji Christiano

 556 total views,  3 views today