Ditulis oleh: Michael Dhadack Pambrastho

 

 

Setiap orang bermimpi. Tetapi apakah mereka sungguh paham apa itu mimpi? Apa persisnya yang kita impikan? Bagaimana cara kerja sebuah mimpi? Lalu, apa arti atau makna dari mimpi kita?

Mimpi adalah fenomena yang amat menarik, namun mimpi juga begitu misterius. Masih ada begitu banyak hal yang belum kita pahami sepenuhnya mengenai mimpi. Seperti: bahan-bahan mimpi, cara kerja mimpi dan arti atau makna mimpi. Esai ini adalah hasil penelitian yang sangat terbatas mengenai mimpi dari sudut pandang ilmiah. Ia didasarkan pada pengalaman pribadi dan buah dari pembacaan atas beberapa literatur keilmuan. Ia tidak berpretensi untuk menjawab semua pertanyaan mengenai mimpi. Tujuannya hanyalah sekedar menerangi sedikit kegelapan pengetahuan kita mengenai mimpi dan dengan begitu membuka jalan bagi minat yang lebih jauh untuk menyingkapkan realitas mimpi yang lebih dalam dan luas.

Maka, meski sederhana, semoga ia berguna juga.

***

Satu hal yang membuat kita sering merasa aneh dengan mimpi kita sendiri adalah rentang cakupan kemungkinan yang amat luas dari bahan-bahan mimpi kita. Kita tak dapat mengontrol mimpi kita. Mimpi bebas memilih bahannya dari periode mana saja dari usia kehidupan kita. Bahan-bahannya dapat berasal dari pengalaman kita yang dekat tetapi mereka juga dapat berasal dari masa lalu kita yang jauh yang telah lama kita lupakan. Bahan-bahan itu dapat berupa kesan-kesan yang kita anggap penting, namun dapat juga merupakan hal-hal yang remeh-temeh belaka.

Apapun dapat menjadi bahan bagi mimpi kita. Keinginan-keinginan kita, hasrat-hasrat tersembunyi kita, pikiran-pikiran terdalam kita dan kebencian-kebencian kita dapat mempengaruhi pembentukan mimpi-mimpi kita. Seorang yang ambisius akan mengimpikan kemenangan-kemenangannya yang telah ia peroleh (meski itu baru hanya terjadi dalam imajinasinya), atau yang masih harus ia capai. Sedangkan seorang yang sedang kasmaran akan mengimpikan orang yang ia cintai tersebut.

Mimpi senantiasa memiliki kaitan dengan dunia nyata kita. Tak perduli betapa luar biasanya penampakan dari sebuah mimpi, ia tidak dapat memutus relasinya dengan dunia nyata. Dari bentuk-bentuk mimpi yang paling mulia hingga bentuk-bentuk yang paling bodoh, mimpi senantiasa meminjam bahan-bahan dasarnya dari apa yang telah kita lihat dalam dunia luar kita dan dari apa yang pernah bertengger pada ruang pikiran kita. Dengan kata lain, mimpi senantiasa harus mengambil dari apa yang pernah kita alami baik itu secara objektif maupun subjektif.

Tetapi, walau mimpi senantiasa memiliki keterkaitan dengan dunia nyata, mereka tidak selalu logis. Dalam mimpi kita, kita kadang memiliki kemampuan untuk terbang, atau melompat dengan sangat tinggi, atau mengangkat benda dengan beban yang amat berat: segala sesuatu yang muskil kita lakukan dalam hidup kita di keseharian. Adalah hakikat dari mimpi untuk menempatkan prioritasnya untuk menyampaikan sebuah pesan tertentu tak perduli apakah caranya dalam menyatakan hal itu masuk akal atau tidak. Ini lebih berkaitan dengan karakter simbolik dari mimpi.

Sehubungan dengan orientasi dari bahan-bahan mimpi, ada dua jenis mimpi: mimpi-mimpi psikis dan mimpi-mimpi somatis. Mimpi-mimpi psikis adalah mimpi-mimpi yang berisi aspek-aspek psikologis seperti emosi-emosi, pikiran-pikiran, kesan-kesan intelektual, dst. Mimpi-mimpi somatis  adalah mimpi-mimpi yang penuh berisi hal-hal yang berkaitan dengan organ-organ tertentu dari tubuh kita.

Memahami sebuah mimpi dapat menjadi sebuah proses yang amat membingungkan. Bahasa mimpi tidak mudah untuk dimengerti. Bahan-bahan mimpi diolah secara rumit. Mimpi tidak hadir secara literal. Ada beberapa konsep untuk memahami cara kerja mimpi: kondensasi, penggantian, karakter simbolik dari mimpi, penyensoran, dan pembalikan.

Dalam sebuah mimpi, beberapa pengalaman biasanya diringkaskan sehingga pada akhirnya hanya gagasan-gagasan inti daripadanya yang tetap tinggal. Gagasan-gagasan inti tersebut pada akhirnya mengalami penggantian dengan bentuk pengalaman lain yang memiliki kemiripan tertentu dengan pengalaman-pengalaman sebelumnya itu atau mungkin mereka memiliki hubungan analogis antara yang satu dengan yang lainnya. Akhirnya, pengalaman-pengalaman tersebut tampil dalam sebuah mimpi dalam bentuk simbol-simbol tertentu.

Beberapa dari pengalaman kita mungkin saja begitu menekan, memalukan, menakutkan, atau membingungkan sehingga kita tidak ingin menghadapinya secara jujur dalam pikiran sadar kita. Pengalaman-pengalaman yang kita tolak dalam alam sadar kita dapat muncul secara bawah sadar dalam mimpi kita. Tetapi pengalaman-pengalaman tersebut mungkin tidak sepenuhnya atau secara murni tersingkapkan. Alih-alih, mereka muncul atau tampil dengan melibatkan proses-proses penyensoran atau bahkan pembalikan-pembalikan.

Mimpi dapat memiliki banyak sekali arti atau makna. Tetapi jika kita dipaksa untuk mengategorisasikannya, ada beberapa kemungkinan arti atau makna dari mimpi: 1) mimpi adalah tanda dari kontak kita dengan kenyataan; 2) mimpi menyingkapkan pikiran-pikiran terdalam kita; 3) mimpi adalah pemenuhan dari harapan-harapan kita; dan 4) mimpi adalah tanda dari gejala-gejala neurotik.

***

Dari sudut pandang bahan-bahan yang dipakai mimpi, kita dapat melihat cakupan rentang kemungkinan yang luas dari pengalaman-pengalaman mimpi kita. Kita dapat memimpikan apapun tak perduli apakah mereka logis atau tidak. Dan jika kita memperhatikan cara kerja mimpi, kita dapat menemukan proses-proses pembentukan mimpi yang sangat rumit. Dua kondisi tersebut menjelaskan mengapa kita sering tidak dapat mengingat seluruh isi dari mimpi-mimpi kita sepenuhnya.

Di sisi lain, dengan mempertimbangkan arti atau makna mimpi kita dapat memahami bahwa mimpi seringkali menyingkapkan siapa kita sebenarnya dan apa yang kita anggap sebagai yang penting atau tidak.

Beberapa orang menganggap remeh mimpi-mimpi mereka sementara sebagian yang lain manaruh harga yang terlalu tinggi atas mimpi-mimpi mereka. Apa yang kita butuhkan adalah pandangan yang proporsional mengenai mimpi. Sesuatu yang dapat membawa kita lebih dekat pada realitas mimpi. Tetapi bagaimana kita dapat menggapai hal semacam itu? Saya pikir saya akan melepaskan pertanyaan tersebut untuk dijawab oleh kita semua.

Have a good dream interpreting. (***)

 

 

Sumber Bacaan Rujukan

 

  1. Freud, Sigmund. Tafsir Mimpi. Yogyakarta: Jendela, 2001
  2. Hardiman, F. Budi. Menuju Masyarakat Komunikatif: Ilmu, Masyarakat, Politik & Postmodernisme Menurut Jürgen Habermas. Yogyakarta: Kanisius, 1993
  3. Dillistone, F.W. The Power of Symbols. Yogyakarta: Kanisius, 2002

 

 

 2,363 total views,  3 views today