Hari Orang Sakit Sedunia 2023

“Rawatlah Dia”

Belas Kasih sebagai Reksa Penyembuhan Sinodal

 

Sabtu, 11 Februari 2023, Gereja Katolik seluruh dunia merayakan Hari Orang Sakit Sedunia ke – 31. Pada kesempatan ini Gereja Katolik Santo Ignatius Loyola – Lanud Atang Sendjaja pun turut merayakannya dengan Misa Kudus serta Sakramen Pengurapan Orang Sakit dan dilanjutkan dengan pelayanan kesehatan setelah Misa dari Tim Kesehatan PSE – Paroki.

Pada Hari Orang Sakit Sedunia ini, Bapa Suci dalam pesannya mengajak kita untuk berdoa dan lebih dekat dengan mereka yang sedang menderita. Lebih dari itu, kesempatan ini juga bertujuan untuk membangkitkan kesadaran umat Allah, lembaga kesehatan dan masyarakat sipil terkait dengan cara baru bergerak maju bersama-sama. Kutipan Nabi Yehezkiel dengan keras menegur prioritas-prioritas mereka yang memegang kekuasaan ekonomi, budaya, dan politik atas yang lain: “Kamu menikmati susunya, dari bulunya kamu buat pakaian, yang gemuk kamu sembelih, tetapi domba-domba itu sendiri tidak kamu gembalakan. Yang lemah tidak kamu kuatkan, yang sakit tidak kamu obati, yang luka tidak kamu balut, yang tersesat tidak kamu bawa pulang yang hilang tidak kamu cari, melainkan kamu injak-injak mereka dengan kekerasan dan kekejaman” (Yeh. 34:3-4). Firman Tuhan selalu menerangi dan tepat waktu; tidak hanya dalam apa yang dikecamnya, tetapi juga dalam apa yang diajukannya. Memang, pesan akhir dari perumpamaan orang Samaria yang baik hati menyarankan bagaimana gerak persaudaraan, yang mulai dari perjumpaan tatap muka, dapat diperluas ke dalam perawatan yang terorganisir. Unsur-unsur penginapan, pemilik penginapan, uang dan janji untuk datang kembali (bdk. Luk. 10:34-35) semua itu menunjukkan komitmen para petugas kesehatan dan pekerja sosial, anggota keluarga dan sukarelawan, melalui mana yang baik setiap hari tetap teguh berdiri menghadapi kekuatan jahat, di setiap bagian dunia.

 

Sejarah singkat Hari Orang Sakit Sedunia :

Gagasan untuk Hari Orang Sakit Sedunia berasal dari pengalaman pribadi Paus Yohanes Paulus II. Ia didiagnosa menderita penyakit Parkinson pada tahun 1991. Selama masa itu, ia merenungkan pentingnya perawatan spiritual dan pastoral bagi orang sakit, dan peran gereja dalam mendukung mereka yang menderita. Perayaan pertama terjadi pada tahun 1992, dan sejak itu menjadi acara tahunan yang dirayakan di seluruh dunia. Hari Orang Sakit Sedunia ditandai dengan berbagai kegiatan, termasuk Misa, layanan doa, dan acara khusus untuk meningkatkan kesadaran tentang kebutuhan orang sakit dan betapa pentingnya perawatan kesehatan bagi semua orang yang mungkin menderita.

(Sumber : Pikiran Rakyat.com –  )

 

Lalu apa itu Sakramen Pengurapan Orang Sakit ??

Sakramen Pengurapan orang sakit merupakan tanda dan sarana yang mengungkapkan iman Gereja akan kerahiman Allah yang menyembuhkan dan menyelamatkan.

 

Kebiasaan berdoa dan mengurapi orang sakit dengan minyak merupakan tradisi Israel. Pada Perjanjian Lama, sakitnya seseorang selalu dikaitkan dengan dosa sehingga dihukum Allah dengan berbagai macam penderitaan (Mzm 107:17). Untuk penyembuhannya, orang sakit diurapi balsam (Yer 8:22) & berdoa mohon penyembuhan Tuhan (Sir 38:9)

 

Pada Perjanjian Baru, Yesus menyatakan bahwa sakit menyatakan kuasa Allah dan penyembuhan merupakan karya keselamatan Allah (Yoh 9: 2-7). Yesus sangat memahami apa yang dibutuhkan orang sakit. Injil banyak memberikan kesaksian Yesus menyembuhkan orang tuli, orang buta, orang lumpuh, orang kusta dsb . Pada Mrk 6:13; “Dan mereka mengusir banyak setan dan mengoles banyak orang sakit dengan minyak dan menyembuhkan mereka”. Yesus memberikan kuasa penyembuhan kepada para murid (Mat 10:1). Pengurapan minyak atas orang sakit dilanjutkan oleh umat beriman setelah Yesus naik ke surga. Rasul Yakobus menulis pada Yak 5: 11-14; “Kalau ada seorang di antara kamu yang sakit, baiklah ia memanggil para penatua jemaat, supaya mereka mendoakan dia serta mengolesnya dengan minyak dalam nama Tuhan. Dan doa yang lahir dari iman akan menyelamatkan orang sakit itu dan Tuhan akan membangunkan dia. Dan jika ia telah berbuat dosamaka dosanya itu akan diampuni. Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh. Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya”.

 

Dengan Sakramen Pengurapan orang sakit, Gereja menyerahkan umat beriman yang berada dalam bahaya karena sakit atau usia lanjut kepada Tuhan agar menerima kekuatan & penghiburan untuk mengalami penderitaan dengan kesabaran dan ketabahan sebagaimana Yesus telah mengalaminya . Pengampunan atas semua dosanya, baik dosa ringan maupun dosa berat, bila sudah tak mampu lagi menerima Sakramen Tobat . Kekuatan berserah diri untuk memasuki hidup abadi.  Bila Tuhan menghendaki, ia menerima kesembuhan demi keselamatannya .

 

Ritus pengurapan orang sakit sebagai berikut :

  • Materia : minyak suci dioleskan pada dahi & telapak tangan si sakit dalam ibadat sabda
  • Forma : Semoga karena pengurapan suci ini, Allah Yang  Maharahim menolong saudara dengan rahmat Roh Kudus. Amin. Semoga Ia membebaskan saudara dari segala dosa & membangunkan saudara untuk mengenyam kebahagiaan sejati. Amin.

 

Pelayan sah sakramen pengurapan orang sakit adalah Imam yang tidak dilarang oleh hukum. Yang berhak mendapatkan pelayanan sakramen adalah orang beriman katolik yang sakit atau lanjut usia yang mampu menggunakan akal budi, pernah memintanya waktu sadar dan mereka yang berada dalam bahaya mati.

Sakramen ini dapat diterimakan lagi jika setelah sembuh yang bersangkutan sakit berat lagi atau jika masih dalam keadaan sakit yang sama bahayanya semakin berat. Sejauh memungkinkan, pengurapan orang sakit hendaknya didahului pengakuan dosa dan dilengkapi penerimaan komuni.  Jangan sampai penerimaan Sakramen Pengurapan Orang Sakit ditunda sampai si sakit sudah sedemikian parah sehingga tidak dapat menghayatinya.

 

(Sumber : https://katedralmedan.or.id/katekese/sakramen-pengurapan-orang-sakit/)

 

Foto Dokumentasi By : Thomas Rafael (KOMSOS)

 

 657 total views,  3 views today