“Aku berdoa supaya Ia, menurut kekayaan kemuliaan-Nya, menguatkan dan meneguhkan kamu oleh Roh-Nya di dalam batinmu, sehingga oleh imanmu Kristus diam di dalam hatimu dan kamu berakar serta berdasar di dalam kasih. Aku berdoa, supaya kamu bersama-sama dengan segala orang kudus dapat memahami, betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus, dan dapat mengenal kasih itu, sekalipun ia melampaui segala pengetahuan. Aku berdoa, supaya kamu dipenuhi di dalam seluruh kepenuhan Allah. Bagi Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja dalam kita, bagi Dialah kemuliaan di dalam jemaat dan di dalam Kristus Yesus turun-temurun sampai selama-lamanya. Amin.” (Ef. 3: 16-21)

 

 

 

Penafsir Kitab Suci telah menangkap suasana Mazmur yang amat dekat dengan suasana hati Yesus dalam ruang di bawah tanah.

 

“Mazmur itu adalah ratapan, yang tidak teringankan oleh seberkas hiburan atau harapan, orang yang hidupnya penuh penderitaan. ….. (orang) yang doa-doanya terbukti sia-sia di hadapan diamnya Allah yang mengerikan. ….. Allah yang tersembunyi di belakang penderitaan semacam itu. ….. Kesepian orang yang telah ditinggalkan oleh teman-temannya. ….. Segalanya menyapu di atasnya seperti banjir yang mengancam untuk menenggelamkannya. Ia hanya dapat ….. berseru dari kegelapan kepada Allah yang bersembunyi yang terus menjadi teka-teki, misteri yang tak terdekati. Benar, ia sadar, dan berpegang kuat pada pemikiran dengan tangan gemetar bahwa itulah Allah penyelamatnya yang kepada-Nya dia berseru, tetapi bekas dari pengalaman religius sebelumnya lenyap di hadapan kenyataan penderitaannya yang mengerikan dan kenyataan ketakutan manusiawi yang mengancam untuk menenggelamkannya. Ditinggalkan sebagaimana adanya, ia seperti orang yang kesepian dan tidak didengarkan, tenggelam ke dalam luasnya samudera yang menakutkan.”

 

Dalam sekejap, Yesus berada dalam kesepian dan keputusasaan yang amat sangat. Yang membuat adegan itu lebih mencekam adalah kenyataan bahwa Bapa Yesus, yang diamnya tak terpecahkan dan tak terpahami dan amat menyakitkan bagi-Nya, amat dekat dengan diri-Nya dan ada di dalam tubuh Anak-Nya yang tertelungkup. Secara fisik, Bapa amatlah dekat, tetapi secara psikologis sangat jauh ….. Hal itu merupakan teka-teki yang tidak dipahami Yesus. Semua itu misteri bagi-Nya. Bapa dan Yesus ada bersama-sama dalam ruang bawah tanah. Keduanya terselubungi kegelapan. Tetapi, Bapa secara misterius memilih untuk diam dan menenggelamkan diri lebih dalam di kegelapan. Ia menolak memberi kepada Yesus hiburan yang paling kecil sekalipun.

 

Di mana pengalaman Gunung Tabor sekarang? Di mana belaian Bapa yang menyejukkan: “Inilah anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan” (Mat. 17:5). Apakah dirinya sungguh-sungguh dikasihi? Bukankah kasih ditunjukkan dalam perbuatan-perbuatan? Dapatkah kasih yang mendalam berjalan bersama dengan diam yang kejam dan ketidakacuhan yang tak berperasaan? Yesus berseru di dalam kegelapan, berpegang dalam iman yang gelap pada Bapa yang tak tampak dan tak tanggap. Bapa-Nya merupakan misteri. (Luis M. Bermejo, SJ)

 

 

 

          PERJUMPAAN

 

     oleh: Michael Dhadack Pambrastho

 

 

senja ramah menghias kenangan

bercerita tentang cinta

rona wajah merah jambu

dan dua tangkai senyum yang hangat

kau sandar di dadaku

tanda keinginan menyatu

kita pun terlibat

dalam percakapan hening

imaji kita berjumpa

jauh di atas sana

di negeri asmara yang teduh

jauh dari riuh lengking

dunia yang gaduh

 

dua hati bertemu

sempurna dalam berserah

tanpa topeng

tanpa muslihat

saling memberi janji

lebih ingin memahami daripada dipahami

lebih ingin mengasihi daripada dikasihi

lebih ingin melayani daripada dilayani

dua hati saling menyemai

menyerap tenaga dari doa

sambil terus menolak pesona hasrat kuasa

kau luruh

aku luruh

kau dan aku menuju kita

 

(Agustus 2022)

 

 636 total views,  3 views today