“Pada waktu itu berkatalah Yesus: ‘Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil.’” (Mat. 11:25)

 

***

 

Salib adalah cinta yang bertepuk sebelah tangan, namun yang tak pernah berhenti kasmaran.

 

(Ignatius Bambang Sugiharto; seorang filsuf, seniman dan budayawan Katolik)

 

***

 

                    DONGENGAN SENJA

          oleh: Michael Dhadack Pambrastho

 

 

senja bertutur tentang lunta

kembara-kembara tanpa bintang

terperosok masuk ke rawa-rawa buaya dan liang ular-ular berbisa

terjebak di belantara singa mengaum dan rerimbunan hantu-hantu

berkali-kali mati

berkali-kali musnah

 

senja berkisah tentang nyeri

ingatan pada orang-orang kalah

mereka yang terdepak ke tepian rel-rel

tersudut di bantaran sungai-sungai berlimbah

 

senja mengekalkan rindu

terus menyusuri makna air mata

 

senja mengukuhkan kesetiaan

tak putus menghela hari menuju cahaya

 

(September 2022)

 

 

 

                         KEPEPET

        oleh: Michael Dhadack Pambrastho

 

 

neolib kampret

sosialisme mampet

aku kepepet

 

digedor fundamentalis-fundamentalis pasar

diteror fundamentalis-fundamentalis agama

pancasila terus saja ngelindur

berdansa-dansi di langit cita semata

 

ini jaman rumit

segala-gala serba saling melilit

tak satu jua yang tak sembelit

 

sempat juga terbersit

ikut atau tersikut

menghamba khianat

melupa taat

 

tapi ini soal harkat

milik terakhir yang masih melekat

 

di hadapan pertempuran sengit

antara goliath dan daud

antara sistem yang manipulatif, eksploitatif dan koruptif

melawan imaji tentang kesetaraan, kerjasama dan solidaritas

siapa tak jatuh cinta

pada manusia

 

(September 2022)

 

 

 

                    SKANDAL KONSUMEN

         oleh: Michael Dhadack Pambrastho

 

tidakkah kita sudah hanya seperti kawanan orang buta

dihadapkan pada bagian-bagian tubuh seekor gajah

kita lalu menamai dan memaknai realita

berdasarkan hanya pada apa yang masing kita sentuh

 

yang satu mencekal buntut dan bilang gajah itu seperti cemeti

yang satu lagi menggenggam belalai dan bilang gajah itu seperti gelondong kayu

yang lain mengusap perut dan bilang gajah itu seperti tembok

yang lain lagi meraba taring dan bilang gajah itu seperti terompet

 

kita kemudian bertengkar tentang hakikat gajah

tanpa sungguh memeriksa penerimaan dari yang lain

lebih buruk lagi kita saling menikam

hanya demi kepuasan ego-intelektual masing pribadi

 

begitulah nasib warga negara di republik pasar

substansi hidupnya hanya sebagai konsumen

dan panduan hidupnya hanya iklan

 

(Agustus 2022)

 741 total views,  3 views today